Iman 06 Mei 2019.


RPK KYM
Senin 06 Mei 2019 jam 19:00-20:00 WIB di RPK FM.
Tema : Iman, Pengharapan, dan Kasih 
Sub Tema : Iman

Firman Tuhan Nya diambil dari Ibrani 10:38

FT/  terambil dari Ibrani 10:38
No HP: 08151800444 sms dan WA.




T/ Tuhan
Y/ Yesus
F/Firman
FT/Firman Tuhan
TY/ Tuhan Yesus
K/Kristus
YK/Yesus Kristus
Kes/ Keselamatan
Disel/diselamatkan
HYK/ Hidup yang Kekal
TK/ Tubuh Kristus
BA/ Bait Allah
OP/ Orang Percaya
ONP/Orang Ngak Percaya
HYB/ Hidup yang Baru
HB/ Hidup baru
DKTL/Dengan Kata lain
SD/Sudah datang
BD/Belum datang
Yer/ Yerusalem
PL/Perjanjian Lama
PB/Perjanjian Baru
PK/Perjamuan Kudus
LB/Lahir Baru
KK/ Kasih karunia

(kalimat di dalam kurung adalah pertanyaan, pernyataan, penegasan dsbnya dari tim nya dan pertanyaan dari pendengar RPK FM saat ber-interaksi atau komentar penulis).

>>>>>> Dengan Iman kita melihat / mengakses KA/

Ibrani 10:38 Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.
Ayat ini mengatakan dengan jelas bahwa orang yang benar akan hidup oleh Iman. Jadi harus hidup dengan Iman bukan dengan hidup percaya.  Nanti kita lihat perbedaan percaya dengan Iman. Kita perlu melihat hal ini karena pemahaman kata Iman sudah bergeser, dalam bahasa aslinya itu hanya satu kata, namun dalam kekristenan sekarang ada yang bilang percaya, ada yang bilang iman, sementara iman dan percaya itu dua hal yang tidak sama.
Iman itu sesuatu hal yang penting bagi seseorang yang lahir dalam Kerajaan Sorga. Seseorang tidak bisa melihat realita Kerajaan Surga kalau dia tidak dilahirkan kembali atau lahir baru.
Jika dia tidak dilahirkan dari atas yaitu dari A/, dia mungkin punya pengetahuan, dan pemahaman bahwa Y/ akan datang kembali, akan tetapi pemahamannya itu tidak sesuai dengan realita yang sudah ada didalam K/ atau didalam A/ itu.
Realita didalam A/ ialah Y/ sudah datang kembali dan KA/ sudah turun dari A/. Realita itu sebenarnya sudah diungkapkan oleh alkitab dan tidak dapat dipungkiri.

Banyak orang masih menantikan dua hal ini terjadi karena mereka tidak bisa melihat realita dari dua hal ini. Itu bukan terjadi karena  dia belum punya iman tetapi sebenarnya dia tidak pernah lahir baru. Banyak orang berpikir dia tidak punya iman. Sebenarnya dia tidak ada dalam KA/ sehingga dia tidak punya iman. Kenapa? Karena iman hanya bisa dimiliki oleh orang yang sudah lahir baru, yang ada dalam KA/.
Jadi iman itu bukan sesuatu yang dimiliki secara natural ketika kita lahir kedalam dunia, ketika kita belajar alkitab, ketika kita sekolah alkitab, atau ketika kita melayani A/, itu bukan Iman, tetapi pengetahuan mc saja.

Terbukti dalam alkitab, banyak sekali ahli taurat tidak bisa melihat Y/, tidak bisa melihat Y/ sebagai kebenaran, tidak bisa melihat Y/ yang adalah Iman itu sendiri. Mereka sekolah, belajar alkitab tetapi tidak punya pemahaman tentang makna “didalam KA/” itu. (Kok bisa terjadi hal seperti itu?) .. bisa terjadi karena itu dua hal yang berbeda. Mereka pikir pengetahuan mereka adalah Iman, padahal menurut Y/,  itu bukan Iman seperti yang sering mereka katakan, namun ..
banyak sekali orang2 biasa yang Y/ katakan, Imanmu yang menyelamatkan. Kenapa ada orang2 biasa biasa, dikatakan Y/ bahwa mereka punya Iman, sementara disisi yang lain ada ahli2 taurat, guru2 besar, atau imam2, bahkan sekalipun yang sudah melayani A/ dalam tanda petik, tetapi mereka tidak punya Iman.
05m:06d.
Mungkin mereka berkata: “mereka punya iman”  sama seperti sekarang banyak orang berkata demikian, dia punya iman tetapi dia tidak bisa melihat KA/, sementara oleh Iman itu kita bisa mengakses KA/, hanya oleh Iman itu kita bisa mengakses seluruh Kasih Karunia A/, tanpa Iman kita tidak bisa mengakses Kasih Karunia, karena KK/ itu berada didalam KA/, karena KK/ itu berada ada didalam K/ bukan diluar, (yang dapat diakses oleh seluruh mc), oh.. tidak bisa, tetapi bisa diakses oleh orang2 yang sudah LB/ saja.  
Oleh   sebab itu kita harus memahami terlebih dahulu bahwa seseorang itu harus dilahirkan baru dan kalau dia sudah LB/, dia sudah memiliki Iman. Karena dengan memiliki Iman ini dia bisa mengakses KA/. Seperti yang sering saya katakan,  Y/ berkata kepada Nikodemus bahwa engkau tidak dapat melihat KA/ kalau engkau tidak dilahirkan baru. Jadi melihat saja tidak bisa, artinya, dia tidak punya indra tanda kutipnya, indra yang bisa mencapai / mengakses Karunia A/ itu, yaitu KK/ atau KA/ itu. Iman itu seperti indra itu. Dengan Iman kita dapat melihat / mengakses KA/. Kalau  kita baca dalam Roma 5:2 itu jelas sekali tertulis : Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk   oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri   dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Oleh K/, oleh Iman itu.
Jalan masuk atau akses, mencapai KK/.
By whom we have access, by Faith into this Grace. Dengan Iman kita bisa mengakses, atau kita memiliki kemampuan untuk mencapai atau mendapatkan KK/ itu.

>>>>>>>Iman itu hanya bisa dimiliki oleh orang2 yang sudah  LB/.

Hanya orang LB/ lah yang bisa mendapatkan KK/ A/. Karena KK/ itu adalah K/ yang sering kita bahas. Hanya orang yang sudah LB/lah yang bisa mencapai berkat2 Abraham, dan hal2 yang dijanjikan A/ jelas sekali.
Bagi orang yang belum LB/ mereka definisikan iman se-suka2 mereka. Agama2 dunia mendefinisikan hal yang sama dengan yang didefinisikan oleh agama  kristen sendiri,
07m:50d., seperti misalnya, Iman itu disefinisikan sebagai percaya. Kalau seorang datang ke pak pendeta dan berkata : “pak Pendeta, saya pengen punya anak..” jawab pendeta : “berIMAN” .. jawaban pak pendeta pasti begitu. Mau disembuhkan .. berIMAN!.
Kan bingung orangnya.
Percaya!
Nah Iman papen artikan percaya, padahal orang itu sudah percaya banget!. Dia sudah Percaya sekali. (sebelum datang kesana aja dia sudah percaya banget). Iya.
Tidak ada satu orangpun yang tidak percaya A/  ketika tanda kutipnya dia “percaya Y/” begitu kan. Tetapi tidak bisa didefinisikan.

>>>>>> Percaya itu bukan iman.

Iman itu bukan percaya, memangnya saya percaya punya rumah langsung dapat rumah?
memangnya saya percaya punya anak langsung saya dapat anak?
Iman dan percaya itu dua hal yang berbeda. Percaya itu bukan iman. Percaya itu adalah sesuatu yang kita belum lihat tetapi kita harapkan terjadi, Sedangkan,
Iman sebaliknya.
Iman tidak sama dengan tidak kita lihat.
Iman itu melihat, melihat KA/ … itulah Iman. Mengakses KA/ …itu Iman. Dia melihat realita K/ itu Iman.
Jadi Iman itu bukan sesuatu yang ngak saya percaya yang belum saya miliki yang saya ingin miliki. Ingin punya Istri, beriman. Lalu diambillah ayat2 tentang ceritra2 Yakub dsbnya, dstnya, .. itu bukan Iman. Itu pengharapan mungkin!

Tapi Iman itu bukan pengharapan, kan, kita tahu Iman, pengharapan, dan Kasih. Ada 3 kata yang berbeda disitu.
Pengharapan itu bukan Iman.  Hari ini kita belum bahas dulu soal pengharapan. Kita harus melihat realita bahwa Iman itu total berbeda, apa yang Y/ katakan, apa yang murid2 Y/ katakan total berbeda dengan apa yang diajarkan didalam agama2 kristen zaman sekarang ini. Se-akan2 kita percaya dan kita beriman sama. Iman itu bukan percaya, percaya itu bukan Iman, bahka dua kata ini tidak punya derajat yang sama.
Misalnya Oma sakit, oh saya harus beriman, saya  percaya bahwa Oma akan disembuhkan, loh! Dia percaya kan oma masih sakit, lalu apakah dia percaya oma akan disembuhkan? Lalu akan terjadi kesembuhan? Tidak!, karena itu bukan iman sebenarnya.
Itu percaya tetapi bukan Iman ya. 10m:39d.
(Jika engkau ingin selamat, maka percaya saja, itu tidak sesuai dengan FT/ yang kita bahas, bagaimana pak Yahya.) .. Tidak sesuai, karena selamat itu suatu realita. Seperti saya katakan, jangan percaya orang yang jual brosur. Lihat dulu rumahnya. Bagaimana kita katakan percaya hanya dengan terima brosur. Iya kan! Itu bisa saja dikatakan percaya tapi bukan Iman.
Kita ngak tahu terima kita masuk Sorga, yang penting percaya sekarang. Itu bukan Iman. Iman itu realita bahwa saya ada dalam Sorga. Sorga itu bukan iming2 zaman sekarang ini. Di dalam alkitab jelas sekali. Tertulis, Sorga itu bukan iming2 nanti, sesudah kita mati baru kita dapatkan Sorga itu. Sorga itu setelah saya percaya Y/ setelah saya menerima realita K/ maka saya berada bersama2 dengan K/ di Sorga. Jadi K/ sudah bersama dengan kita bukan lagi menjadi sesuatu yang kita masih tunggu2 kapan lagi Y/ datang.  Itu kalau kita bicara Iman.

Jadi Iman sekali lagi bukanlah sesuatu yang menjadi Pengharapan.
Tetapi Iman dulu baru lahir pengharapan.
Ajaran zaman sekarang kan dibalik.
Kamu berharap dululah pada Yesus, kamu mimpilah punya rumah nanti kan tersedia karena engkau sudah berdoa, berdoa, berdoa, claim janji Tuhan dstnya, kita pikir itu Iman,
Iman tidak begitu rupanya.
Di isarel dalam alkitab banyak sekali contoh yang Y/ perlihatkan. Misalnya didalam Matius perempuan yang sakit perdarahan itu Matius 9:20 Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. Ketika dia mendekati Y/ dia berkata dalam hatinya "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.", aku akan sembuh, dan waktu dia menjamah jubahNya itu 9:22 Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. ". ada berapa banyak orang pada waktu itu yang sakit disekitar Y/ waktu Y/ jalan2 di Kota Israel sana,

pada waktu itu tentu saja ada banyak orang yang penuh pengharapan akan disembuhkan dsbnya tetapi kenapa hanya perempuan ini yang dapatkan perhatian? Apa yang terjadi dengan perempuan ini? Ini bukan sesuatu yang sesederhana “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh” dia tidak mengikuti Y/ yang baru saat itu, tetapi sudah bertahun-tahun perempuan ini ikuti Y/. Dia adalah seseorang yang sudah memperhatikan Y/ ini siapa?
Dia memperhatikan, karena Y/ ini merupakan janji A/ bagi bangsa israel sebagai Juruselamat itu. dia perhatikan Y/ itu.
Kalau kita perhatikan di alkitab bahwa orang2 yang disembuhkan, orang2 yang mendapat pertolongan T/, itulah orang2 yang terus menerus memperhatikan siapa Y/ itu. Sama seperti perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan itu. Dia perhatikan Y/ ini sehingga dia punya sesuatu didalam hati yang membuat dia melihat “kalau kujamah saja jubah-Nya, maka aku akan sembuh”. Tapi apakah sekedar hanya kata  menjamah? Dia memperhatikan siapa Y/ ini. Yang dia lihat realitaNya bahwa Y/ ini Mesias, Dia inilah T/, Dia inilah Raja yang selama ini ditunggu2 bangsa israel yang sudah hadir sehingga kalau ku jamah jubahNya maka aku akan sembuh, maka apa yang telah ada padaku, kekurangan2 yang ada padaku, sakit penyakit ku akan sembuh. Perhatikan disitu, yang menjadi fokus dari wanita ini bukanlah sakitnya, tapi yang menjadi fokusnya adalah realita siapa yang ada dihadapan Dia.
14m:58d
Tentu saja dia sudah berobat kemana-mana 12 tahun itu suatu penantian yang luar biasa kalau hanya menunggu satu orang Y/ begitu, tentu saja dia sudah ber-obat kemana2, tapi waktu dia melihat Y/, maka dia datang kepada Y/ dan dia berkata “ku jamah saja.”
Jadi bukan soal dia pegang jubahnya.
Tapi soal Siapa yang dia lihat ini.

>>>>>>> Dasar itu harus ada, dasar itulah Iman. Iman itu sesuatu yang kita dapatkan karena kita melihat realita Kristus. Banyak orang yang tidak percaya Y/ bisa hadirkan apa yang mereka mimpikan dalam bentuk nyata, maka saya katakan sekali lagi bahwa Iman itu tidak sama dengan iman yang dunia punya. Kalau K/ masih di Sorga sana, kita tunggu2 kapan Dia datang, lalu apa yang mau kita lihat. Lalu apa yang kita sebut Iman?. Yang kita dapatkan Cuma dongeng2 belaka. Dongeng2 yang pakai ayat2 alkitab.
(Itu yang mereka sebut iman sambil menunggu K/ datang).  Kalau menunggu Y/ datang, ngak ada dasar? Oh papen, ada ayatnya, bukan itu.. dasar itu bukan ayat, dasar itu harus Y/.

Realitanya siapa yang ada dihadapan dia ini.
Jadi Iman ini bukan sesuatu yang kita percaya tanpa dasar, justru Iman adalah dasar dari segala sesuatu, jadi dasar itu harus ada, kalau tanpa dasar itu bukan Iman.Ibrani 11:1 dengan jelas katakan hal itu, bahkan banyak sekali orang yang mengambil ayat ini sebagai definisi Iman tetapi orang yang sama masih saja mengajarkan percaya, bukan mengajarkan Iman.
Ibrani 11:1 Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.

Yang kita harapkan itu bukan dasar. Yang terjadi sekarang harapan yang diajarkan sebagai iman, atau harapan kita yang sebagai dasar, “engkau punya harapan apa? Engkau punya permintaan apa? Kepada A/, oh pak pendeta saya ingin punya rumah,  BerIMAN! ”,
kebalikan sebenarnya!

Ndak heran kalau kita ndak dapat yang kita harapkan itu, (matranya salah hahhhhh..) karena sebenarnya dasarnya Iman bukan pengharapan sebagai dasar. Kalau kita berharap sesuatu dengan bermimpi, mimpilah, bisa saja kita berharap sesuatu tanpa Y/.

Banyak orang yang tidak percaya Y/ bisa hadirkan apa yang mereka mimpikan dalam bentuk nyata, maka saya mau katakan sekali lagi bahwa Iman itu tidak sama dengan iman yang dunia punya,

Yang Y/ katakan Iman, yang Rasul2 katakan Iman, yang Ibrani 11:1 katakan Iman ini semua, bukanlah Iman sebagaimana yang dimiliki oleh manusia yang tidak percaya Y/, Iman itu sesuatu yang kita dapatkan, karena kita dapat melihat realita Kristus.

Kita yang ada dalam PB/, realita itu ada didalam kita, Kristus ada didalam kita.

Tentu saja K/ nya harus ada. K/ nya sudah datang kembali. Itu realita Kristus. Itu kan kita melihat realita K/.
Bagaimana kita melihat sesuatu yang tidak ada Kristusnya. Kalau K/ masih di Sorga sana, tunggu-tunggu kapan Dia datang lalu apa yang mau kita lihat. Lalu apa yang kita sebut Iman?

Yang kita dapatkan Cuma dongeng2 belaka. Dongeng-dongeng  yang pakai ayat2 alkitab.
(Itu yang mereka sebut Iman sambil menunggu K/ datang).  Kalau menunggu Y/ datang, dasarnya apa? Oh ada ayatnya, bukan.. dasar itu bukan ayat, dasarnya harus Yesus.

Ada perbedaan dasar ayat dan dasarnya Yesus.
Substansinya adalah K/ bukan ayat. Ayat itu dari buku, anda dan saya harus melihat K/ yang riil. Kalau kita bilang ada ayatnya itu sama dengan ada brosurnya. Rumahnya mana? Ini brosurnya pak!
Bapak lihat ayatnya ada begini pak, pasal sekian ini ada, ada kontrak perjanjiannya,   paper namanya, kertas yang sama dengan alkitab yang kita punya.  Kalau kita sudah dilahirkan baru, kita harus melihat realita bahwa K/ sudah datang kembali dan tinggal bersama2 dengan kita.

18m:49d.
Itu baru kita punya Iman, baru kita bisa berjalan dalam realita itu. Sama engkau tidak melihat KA/ kalau engkau tidak dilahirkan baru. Jadi apa gunanya saya bertindak dengan apa yang orang bilang Iman, padahal bukan Iman. Iman itu indra yang ada didalam KA/. Penglihatan kita, pendengaran kita, perasaan kita, semua yang kita lihat, kita dengar itu ada dalam KA/,  bukan diluar KA/ yang kita lihat.
Seperti orang buta satu waktu ada Y/ dia berseru Y/ Anak daud, Y/ Anak daud,  lalu mereka datang kepada Y/: ”Y/ Anak daud sembuhkan kami” kami ingin melihat, kasihanilah kami. Banyak orang menolak mereka. Loh dua orang ini kan buta, tapi bagaimana mereka bisa tanda kutip melihat Iman itu.
Karena mereka “mendengar hahhh mereka bisa melihat realita bahwa Y/ Anak Daud, kenapa?”, Kata Anak daud itu suatu kata yang sangat penting  bagi mereka. Mereka melihat realita, ini Dia Mesias, Ini Dia yang kita tunggu2 walaupun mereka buta, tapi mereka melihat dengan mereka punya keberadaan, pemahaman mereka.
Mereka melihat Y/ itu, lalu Y/ berkata kepada mereka :  “Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?” waktu mereka katakan kami mau disembuhkan Mereka menjawab: "Ya Tuhan, kami percaya." “Ya T/ kami percaya”, karena mereka tahu bahwa Dia itu Y/ (padahal mereka ngak pernah lihat ya.) bagi mereka riil atau suatu kenyataan bagi mereka,
sekali lagi Y/ nya harus ada, bagaimana mungkin kita percaya Y/ tapi Y/ nya ngak ada  kita tunggu2 Dia kapan Dia datang. Itu bukan Iman.

Matius 9:28 Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya dan Yesus berkata kepada mereka: "Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?" Mereka menjawab: "Ya Tuhan, kami percaya." 9:29 Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: "Jadilah kepadamu  menurut imanmu." 9:30 Maka meleklah mata mereka. Dan Yesuspun dengan tegas berpesan kepada mereka, kata-Nya: "Jagalah supaya jangan seorangpun mengetahui hal ini." 9:31 Tetapi mereka keluar dan memasyhurkan Dia ke seluruh daerah itu.

20m:46d.
Tidaklah heran begitu banyak orang berpikir dia punya Iman tetapi sebenarnya dia tidak punya Iman.

Dan saya sayangkan hal tersebut karena sebenarnya kita hidup dengan hayalan, dengan dongeng2 yang pakai ayat2. 9:29 Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: "Jadilah kepadamu  menurut imanmu." Menurut mu Iman itu apa? Itu bukan soal kadar Iman, bukan soal percayanya mereka orang buta ini, tetapi menurut apa yang mereka lihat. Apa yang engkau akses, itu yang terjadi padamu, kenapa? Karena riil, Cuma itu tidak menjadi kenyataan bagi kita karena kita tidak melihat.  Tetapi kalau kita melihat dan kita tetap melihat dan kita melihat dengan penglihatan itu, maksud saya penglihatan itu bukan mimpi2, K/ yang ada dalam KA/ itu kita lihat, kita pahami, kita hidup dengan apa yang kita lihat itu, maka itu akan terjadi.
21m:48d.

Kita tidak perlu berharap pertolongan T/ kalau kita, melihat T/ menolong.
Kita tidak perlu bertanya2 kesetiaan T/ kalau kita melihat riil Dia setia.
Kita tidak perlu bertanya2 kapan T/ datang kembali kalau kita melihat Dia riil ada didalam kita.
Kita tidak perlu berdoa “jadilah kehendakMu” kalau kita tahu bahwa Dia pasti melakukan apa yang menjadi kehendakNya.
Itu semua tidak perlu kita lakukan, kalau kita punya Iman.

Jadi kata Iman ini harus kembali kita review.
Jangan sampai kita dininabobokan dengan pemahaman yang tidak sama dengan apa yang Y/ pahami, dengan para rasul pahami tentang Iman itu. Iman itu justru bukti, dasar dari yang sudah kita lihat.

Bukti itu ada, ndak mungkin bukti itu ndak ada.
Begini pak kalau saya beriman itu tentu sudah ada, belum tentu pak!  Beriman yang belum ada, itu bukan yang Y/ katakan sebagai Iman. Ibrani 11:1 kan jelas sekali.
Iman adalah dasar. Dasar artinya ada fondasinya.
Dan Bukti, secara mata kasat kita tidak bisa melihatnya, tetapi dalam KA/, dalam bathin kita, dalam kita punya pemahaman itu terlihat nyata.
Dalam Iman kita, dalam Roh kita,  itu nyata sekali.
Jadi Iman bukan percaya tanpa bukti, Iman adalah realita K/, bukti bahwa Dia sudah ada.
23m:50d.


(Jadi Iman, pistis, atau faith, tidak sama dengan percaya atau believe pak ya? Yang disuarakan oleh gereja), saya ngak tahu gereja mana? Cobalah kita ambil kata didalam Ibrani 11 tadi lalu gantilah kata iman itu dengan kata percaya,  maka anda akan merasakan lucu.
Saya baca dulu ayatnya;
Iman adalah dasar dari segala suatu yang kita harapkan. Kita ganti Iman dengan percaya.
 Percaya adalah dasar dari segala suatu yang kita harapkan. Percaya dan harapkan itu sama. Percaya itu sesuatu yang belum ada, jadi percaya itu tidak punya dasar, sesuatu yang kita harapkan ada tetapi kalau Iman itu adalah dasar.
Sekarang kata “bukti”
Percaya adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Apa betul?
“Saya percaya mobil ini ngak rusak” hahhh belum lihat kok tahu dan percaya? Gimana? Oh saya percaya nanti saya disembuhkan, loh anda lagi sakit. Percaya itu tidak punya dasar. Dasar apa sehingga anda percaya bahwa sakit anda akan disembuhkan?

Bukti itu kalau sudah sembuh. Kalau sudah sembuh itu buktinya sudah sembuh baru saya katakan saya percaya karena saya sudah sembuh. Jadi kata percaya masih membutuhkan dasar dan bukti, sedangkan Ibrani 11:1 coba baca pelan-pelan. Ia kan baru terasa  perbedaan antara Iman dan percaya kan.
Kalau kita ganti kata Iman dengan percaya menjadi rancu.
Sekarang kita ganti Iman dengan realita K/.
Realita K/ adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan, oh iya. Y/ itu pengharapan saya karena saya melihat Y/ ada didalam saya.
Bukan karena saya tidak melihat Dia ada didalam saya. Jadi ini dua hal yang berbeda. Banyak orang berharap Y/ karena Dia tidak melihat. Tunggu Dia datang.
Tetapi yang dimaksudkan disini adalah, Dia dasar dari yang kita harapkan. Dia dasar dari saya berharap Dia dimanifestasikan.
Dan bukti, bukti dari yang saya tidak bisa lihat dengan kasat mata, Dia bukti, terlihat jadi, K/ itu nyata, terlihat pada saya. Bukan angan2 atau dongeng atau harapan tanpa dasar. K/ adalah suatu dasar yang jelas.

(Tadi pak Yahya menyebut-nyebut bahwa kita memiliki akses ketika kita ada didalam KA/ karena kita memiliki Iman, dan pak Yahya sebut2 Indra. Nah ini tentunya perlu ditegaskan, Indra itu bukan Pancaindra kita ya) .. bukan mc mengenal dengan Pancaindera, buat kita mc daging ini, ketika mc lahir kedalam dunia semua mc itu punya Indra, nah bagaimana mc yang baru lahir ini mengakses seluruh dunia dengan indranya? Dengan indranya dia bisa melihat (pancaindra ya) terserah mau panca, mau indra ke-enam, mau tujuh, (basic nya pancaindra), dengan pancaindera itu mc bisa melihat, merasakan, mendengar, dunia ini yang tadinya ngak kelihatan, kan ketika seseorang lahir kedalam dunia di tidak bisa melihat, walaupun matanya beloo’k begitu tetapi dia belum bisa melihat, begitu!, tetapi ketika mata itu terlatih maka dia mulai bisa melihat.

Bagi kita yang sudah dilahirkan baru artinya bukan lahir dalam dunia ini lagi, tetapi lahir didalam suatu environment, suatu lingkungan yang baru, yang total baru yaitu didalam ciptaan yang baru, yaitu K/, nah didalam K/ inilah kita tentu saja punya tanda kutip Indra, hanya satu Indra saja, yaitu Iman saja, dan dengan Iman itu kita bisa melihat, mendengar, bisa merasakan realita berkat2 sorgawi itu, (hanya melalui Indra itu RK/ bicara) melalui Iman maksudnya ya. Ya .. ya.
Jadi kalau didalam dunia kita sebut Pancaindra, maka didalam K/ kita sebut Iman.
27m:58d.
(Disitulah RK/ senantiasa  bicara dan membuka segala misteri K/) .. Ya RK/ membuka kepada kita, lalu dengan Iman kita melihat itu, atau dengan Indra tadi, itu realitanya, baru kita bisa hidup dalam KA/ hanya dengan Iman itu.

(Banyak Iman sekarang disalah artikan, karena banyak orang seperti memohon supaya punya anak, sembuh atau ingin mempunyai rumah, banyak  orang mengatakan Beriman, beriman, untuk mendapatkan sesuatu jadi sebenarnya ini bukan Iman tetapi keinginan, karena ingin, kita disuruh beriman, padahal beriman itu sesuatu yang sudah kita lihat, sedangkan itu bukan iman karena belum kita lihat, tentu itu pengharapan) ada dua perbedaan, Iman itu melihat yang didalam K/, atau Iman itu melihat realita K/, sementara yang diajarkan Iman itu melihat realita dunia.

bagaimana punya anak? itu kan dunia.
Bagaimana punya mobil? Itu kan dunia.
Bagaimana supaya sembuh? Itu hal2 dunia.
Itu bukan Iman.
Anda punya mobil ya Kerja  ajalah.
Untuk punya mobil orang ndak perlu Iman.
Banyak orang ngak percaya kan punya mobil dan mobilnya banyak lagi.
Jadi kita masih salah menempatkan Iman ini dengan hal2 duniawi.
Saya katakan, kalau kita ndak melihat realita
Maka kita akan melihat realita yang lain. (bias Iman itu jadinya kan) . iya.
Jadi Iman yang kita banyak diajarkan itu bukan Iman K/ itu.
Justru lebih banyak Iman dunia, karena didalam dunia, itu yang diajarkan.
Bahkan di agama2 lain pun itu juga yang diajarkan.
Tetapi yang Y/ maksudkan ini berbeda sekali. Kalau yang Y/ sampaikan itu sama dengan Iman dunia berarti itu bukan Y/, karena Y/ pasti bertentangan dengan dunia.
Harus berbeda.

Dasarnya saja keinginan mc. Ingin memiliki sesuatu dan diminta supaya beriman begitu. (Dasarnya sudah berbeda dengan dasar dalam definisi Iman ibrani 11:1). Betul. Betul. Dasarnya yang harus diubah ya.

(Kunci KA/ itu kan LB/, ketika LB/ sebetulnya kita tidak membawa segala sesuatu, akses yang lama mustinya dibuang semua), ngak ada mustinya (pengetahuan apa yang lama harus dibuang).. harusnya, bukan Cuma dibuang tapi “nggak ada” jadi kalau kita masih menggunakan yang lama sebenarnya kita tidak hidup dalam hidup yang baru. 

(Tapi agak sulit membuang yang lama itu ya) Saya rasa hanya orang yang belum LB/ yang sulit, orang yang  LB/ pasti ngak bisa membuangnya. Tapi orang yang LB/, punya pilihan dan kalau kita melihat realita yang baru, itu lebih indah daripada yang lama, sehingga tentunya semakin kita melihat realita yang baru, semakin kita hidup dengan Iman maka yang lama2 itu tidak pengaruh, titel yang tinggi ngak akan pengaruh, tidak ada uang tidak pengaruh, bagi kita yang sudah melihat realita dalam K/.
31m:07


(Bu Ruth dari Bogor: Pak Yahya, bagaimana kita tahu K/ ada dalam diri kita?) Ya pasti anda akan tahu karena RK/ yang menuntunNya. Kalau ditanya bagaimana berarti ada tuntunan, bukan usaha kita, bukan kita dengar dari orang, bukan kita tanya pak pendeta “pak pendeta K/ ada dalam saya atau ngak? Oh ada ada ada dek”, bukan itu lalu kita percaya.
Ada satu kepastian pada kita karena RK/.. jadi, datangnya dari dalam. Maka itu kita semakin dimampukan melihat realita itu dan apa yang telah diperlihatkan itu. Bukan sesuatu yang imajiner. Realita yang diperlihatkan pada kita menurut pendapat mc dunia itu imajiner.
Kita harus punya kepastian dulu. Kalau kita tahu dan kita pasti bahwa K/ ada didalam kita, maka kita tidak akan menantikan Dia datang. Kenapa banyak orang masih menantikan Y/ datang, karena mereka ndak memiliki kepastian bahwa K/ ada didalam mereka. Apakah Y/ ada didalam mereka? Mereka Cuma diiming2 Y/ ada didalam kamu, bagaimana kamu tahu Y/ ada didalam kamu? Ndak tahu, itu artinya dia tidak melihat realita itu. Justru Y/ ada dalam saya sebagai kehidupan saya supaya saya manisfestasikan. Supaya saya bisa manifestasikan, saya harus melihat Dia yang ada didalam saya, nah itu yang Iman.
Iman itu bisa melihat K/ yang ada didalam kita baru kita bisa manifestasikan. Jadi itu dasarnya, sederhana saja, mudah.
Anak yang baru lahir kedalam dunia, ketika  dia baru lahir dia ngak bisa lihat kan, sekali dia ngak bisa lihat, dia nga bisa bikin apa2, maka gerakannya juga antik, aneh, tapi waktu dia mulai lihat ada gerakan2, ada bunyi2 ning ning ning, muter muter, kan dia pengn meraba, dia semakin ingin melihat. Demikian pula K/, kepada kita akan dibukakan oleh RK/, semakin kita melihat tanda kutip itu “sama-samar itu” kita ingin melihat lagi semakin jelas semakin jelas dan begitu anda melihat jelas akan realita K/ itu, maka anda punya kepastian berjalan dalam dunia ini tanpa ketakutan, tanpa rasa dosa, tanpa rasa apa2.
Bagi kita yang lahir baru juga demikian. Begitu sungguh2 ingin mengejar K/ jangan sampai tertipu disini. Ini yang berbahaya, karena anak kecil adalah target penipuan. Dia pikir ini mamanya, tau2 baby sitter, bisa seperti itu kan (Iya..) karena dia tidak melihat realita mama dia yang ada disitu.

(Indikator orang itu memiliki Iman apabila mereka sudah tidak hidup dibawah pengwasan HT/) .. Ohh tentu saja, KK/ itu bertentangan dengan HT/, kalau kita hidup dalam KK/, kita tidak hidup didalam HT/, bagi orang yang hidup dibawah HT/ dia tidak hidup dibawah KK/. Ndak bisa bergandengan dua hal itu. Dua2nya kudus. Dua2Nya kepunyaan A/, tapi tidak saling bergandengan. Ndak bisa orang bilang saya memberikan persepuluhan dalam KK/ A/. hahhhh. Persepuluhan ya itu HT/ lah, jangan dimain mainin lagi ayatnya. Oh ada pak. Dalam KK/ ada persepuluhan oh ndak lah. Dalam KK/ ndak ada lagi perspuluhan, ndak ada lagi persembahan sulung. Itu kalau kita melihat realita. Kalau kita melihat realita KK/ dengan Iman maka kita akan melihat realita HT/ sudah berlalu.

(Pertanyaan dari Bu Ratna di Pondok kelapa, tapi lebih tepatnya pernyataan  daripada pertanyaan, “aku amini yang papen bilang bahwa percaya itu bukan Iman, setan pun percaya pada T/ tapi setan bukan pengikut K/, dan kristen ndak semua punya K/ yang berkuasa, banyak kepala yang masuk gereja tetapi sedikit yang masuk Sorga, dan mungkin inilah yang T/ bilang sudah mengalami hidup baru atau dilahirkan kembali, mungkin pa Yahya punya tanggapan?) Ya saya rasa hidup baru mestinya seperti itu, saya ndak tanggapi jadi pernyataan bu Ratna cukup baik.

(Pak yahya, sering kali menjadi perdebatan dimana2 begitu, yang mengatakan “perbuatan dulu baru Iman, Iman tanpa perbuatan juga Cuma2, nah sering kali ini dilematis, bagaimana iman perbuatan atau perbuatan iman,) .. ketika kita punya pemahaman tentang Iman ngak jelas, maka kita akan dilema dalam ayat2 seperti itu. Sebenarnya Iman itu adalah melihat realita. Kalau kita sudah melihat realita, maka otomatis kita akan bertindak menurut realita itu. Itu yang saya katakan sebagai manifestasi. Kalau K/ ada dalam saya, manifestasinya saya ndak tunggu2 Y/ datang. Jelas. Mau pakai ayat manapun tapi kalau Dia ada dalam saya, lalu apa yang saya tunggu?
Tapi kalau saya masih menunggu Dia sementara Dia ada didalam saya, saya sebenarnya ndak melihat realita “Dia ada dalam saya” , walaupun dalam hati “oh Dia ada dalam saya.”
Itu sama seperti orang yang menikah tapi ndak pernah tinggal serumah. Ada dalam hati sich tapi istrinya ada di Amerika sana. Itu ngak menikah namanya. Kita dengan K/ ndak seperti itu, “K/ Kepala, kita tubuh satu kesatuan, nah kita ndak tunggu2 Kepala nya kapan turun, jadi itu kalau kita melihat realita.”
Realita K/ yang ada pada kita, bukan dongeng K/ yang ada pada kita.
Realita itu tidak bisa digantikan dengan ayat2.

(Bila Dia datang, adakah Dia mendapati Iman di bumi? Bagaimana menurut bapak?) ya ayat itu mestinya dilihat secara kontekstual, malam ini kita ndak bahas soal itu ya.

(Pertanyaan pak raymond di Bintaro Jaya, selamat malam bapak2 disana? Bagaimana dengan yang Y/ katakan “Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya” apakah ayat ini bermakna variabel berIman? Yohanes 20:29, percakapan Y/ dengan Tomas,) ya jelas disitu kalau secara fisik, kan Tomas percaya karena dia melihat Y/ yang fisik itu kalau zaman  dulu lain ya. Zaman dulu kan Y/ datang fisik, sebelum Dia mati, nah kejadian ini secara kontekstual, kejadian ini adalah kejadian yang berbeda, yaitu ketika Y/ sudah bangkit, Y/ bangkit itu dalam Roh, bukan dalam daging lagi, nah Tomas maunya lihat menurut daging, “kalau aku belum mencucukan tangan dalam lobang pakunya itu, aku tidak percaya” nah pengen lihat sacara tampil begitu, Y/ nya tampil, itu yang sekarang banyak orang pingin dan harapka, kapan Y/ turun dari Sorga, dia pengen lihat diatas awan2 itu ada Y/ dengan tentaraNya begitu, yang datang mengalahkan iblis, .. itu harapan dari Tomas.. dan ini sama dengan Tomas .. ini suatu konteks dimana peralihan dari Y/ yang tadinya mengenakan tubuh daging ini dan Y/ yang tidak mengenakan tubuh daging yang sudah berubah menjadi spirit, Roh yang tiba2 dia muncul dalam ruangan yang terkunci rapat pintu2nya.  Y/ datang kepada Tomas, bisa, Y/ bisa datang dalam berbagai macam bentuk, kepada Paulus dia datang dalam bentuk Sinar, kepada Yohanes Dia datang dalam bentuk penglihatan2 waktu Yohanes di pulau patmos, kalau kita baca kitab Wahyu, dan kepada murid2 Dia datang dalam bentuk mc, Dia bisa apa saja Dia datang, tapi karena tomas tidak percaya kalau dia belum datang model begitu, maka Y/ katakan satu hal, kamu harus berubah sekarang pola pikir kamu, makanya Y/ katakan berbahagialah mereka  yang tidak melihat dalam arti melihat dengan mata, mata jasmani ini, tetapi kalau kamu melihat realita  yang ada dalam Roh, dalam Roh ngak bisa dilihat dengan mata, nah kalau kita melihat dalam Roh “itu orang yang berbahagia.”

40m:40d.


Justru yang berbahagia kalau dia melihat KA/ itu.
Karena kalau dia melihat, dia punya kepastian “aku ada dalam KA/. Ndak perlu tunggu2 KA/ turun. Ndak perlu doa doa Bapa kami di Sorga, dikuduskan NamaMu, datanglah Kerajaan Mu,” loh kan sudah ada dalam saya. Saya KerajaanNya. Kenapa saya masih berdoa, itu bukan  Iman, bagaimana mungkin kita berdoa tanpa Iman? Siapa yang kita percayai? Apa kata pendeta atau realita K/?

kalau saya percaya realita K/.

(Tadi pak Raymond di penutupnya ada tambahan yang bagus buat kita ya, bahwa beliau setuju perlu diadakan SEMINAR tentang IMAN, mungkin kita perlu pertimbangkan dari sekarang Bagaimana pak Suhanda).
(baik saya mau tanya dari tadi, diselamatkan artinya Y/ datang kedalam KerajaanNya itu, begitu juga kata orang Iman harus dilakukan, K/ sudah ada dan saya tidak perlu tunggu2, itu sama saja kita melakukan dalam perkataan) Bukan itu yang saya maksudkan!
Yang saya maksudkan sudahlah anda melihat realita, maka engkau bertindak menurut realita itu, (bukan berkata seperti itu lagi) sudah pasti. Saya sudah menikah, terus saya ketemu orang lain, saya kenalkan istri saya “kenalin ini pacar saya” kan saya ndak hidup menurut realita, “itu bisa saya ditampar istri ”  hahhhh.

Itu realitanya, kalau saya melihat realita.

Kalau saya melihat realita dan saya mengatakan yang bukan realita itu, maka saya berbohong. Saya sudah katakan ada banyak kebohongan dalam kekristenan. (meragukan Imannya ya).

Realita seperti itu tapi yang diberitakan kepada kita bukan seperti itu, yang riil itu, dan itu kebohongan. Jadi kalau saya berkata tadi istri saya lalu saya berkata cewek yang cantik itu oh ini pacar saya wah ini terlalu ya kan, nah itu satu kebohongan yang saya create, padahal saya tahu dia istri saya.

Kalau kita melihat realita Iman, maka kita hidup dalam keadaan yang riil.

Saya sudah ditebus, sudah ditebus, saya bukan mc berdosa, sudah bukan mc berdosa kenapa? Karena saya melihat realitanya, jadi bukan karena saya mendengar pendeta bilang.

Apapun yang dikatakan pendeta bagus bagus tetapi realitanya yang harus kita lihat, jangan2 bertentangan. Walaupun bagus perkataannya tapi belum tentu realita.

(Kalau kita mengalami kita ngak akan berkata seperti itu) kalau kita ndak melihat kita percaya hanya percaya perkataan orang.  

Maukah kita, kes/ kita diletakkan atas perkataan orang?

Maukah kita beli rumah hanya dapat brosur? Berdasarkan perkataan SPG atau perkataan orang?

Rasanya akan tertipu nanti, begitu anda meninggal anda akan tahu realitanya.

Rumahnya mana???? Ok!
(Ibrani 11 dengan perikop Saksi saksi Iman, begitu juka kita yang hidup saat ini adalah orang yang menjadi saksi-saksi Iman, )

Iman itu kesaksian, orang punya Iman baru bisa disebut saksi K/.
Seseorang yang disebut saksi K/ atau murid K/, harus punya Iman. (seperti yang dicontohkan para nabi) Iya .. Itu contoh sebagai orang2 yang hidup didalam K/. Makanya dikatakan didalam Ibrani 10: bahwa orang benar akan hidup oleh Iman. Jadi orang benar itu bukan percaya dengan Iman,

Ini yang penting.

Jadi kalau kita mau menjadi orang benar hiduplah dengan Iman tetapi sekali lagi saya katakan “waspada”, Iman yang mana? Coba lihat ayat diatasnya mengenai kedatangan Y/ dikatakan, ayat 37 dikatakan kedatangan Y/ yang zaman dahulu, sebab sangat sedikit waktu lagi dan Ia yang datang akan datang sudah datang tanpa menangguhkan kedatangannya, bagi mereka itu riil.  Sampai sekarang orang masih bilang, belum, dia belum datang. Padahal disitu dikatakan “tanpa menangguhkan kedatanganNya”.

KONKLUSI: dari sharing FT/ pada malam hari ini.
Iman adalah sesuatu yang sangat krusial, sangat penting bagi orang yang percaya. Bagi orang percaya yang sudah LB/ mereka ngak perlu bertanya apakah saya punya Iman atau tidak. 

Karena Iman itu dimiliki otomatis oleh setiap orang yang LB/. Iman itu tidak dimiliki orang yang belum LB/ walaupun dia seorang beragama K/ walaupun dia seorang guru besar yang rajin melayani, walaupun dia seorang ahli taurat yang masih tetap tinggal didalam tauratnya, tapi dia tidak memiliki Iman karena mungkin mereka bisa tinggal dengan pengetahuan tapi itu bukan Iman. Sekalilagi, pengetahuan bukan Iman. Sekalipun kita sekolah teologia tinggi tapi kita tidak mendapatkan Iman kalau kita sekolah. Kita bisa lahir sebagai anak seorang pendeta tapi kalau kita tidak memiliki Iman karena lahir sebagai anak seorang pendeta yang mungkin beriman, itu tidak bisa diturunkan melalui kelahiran daging, tetapi itu hanya bisa didapat kalau kita lahir didalam K/, LB/ itu. …Otomatis.

Orang yang sudah LB/ itu yang menjadi tujuan kita supaya kita bisa melihat realita K/ yang betul2 K/, bukan kita diombang ambingkan oleh ajaran2 palsu buatan mc, teologia yang dia bangun merupakan hasil dari kepintaran mc, karena kalau Kes/ kita diletakkan pada kepintaran2 mc, apa artinya Kes/ kita?.

Apa gunanya Y/ datang dan mati untuk kita?. Kalau kita tidak melihat riil kematian K/ itu, maka tentu saja kita memiliki riil kebangkitanNya.
Karena orang yang menyadari kematian K/ yang mengalami kebangkitan K/.
Harus riil, dimana K/ yang sudah diberikan kepada kita, bukan yang kita tunggu2, jadi kita harus melihat Kenyataan bahwa Christ in you.

K/ dalam kita itu riil, dan kita harus melihat buat apa Dia ada dalam kita? Apa yang diperbuat Dia didalam kita? Supaya kita bisa memanifestasikan apa yang sudah kita lihat itu.

Ketika seorang anak dilahirkan kedalam dunia ini, dia melihat ada sepeda, melihat orang naik sepeda, dia lihat itu riil, itu kenyataannya, makanya ada satu harapan bagaimana dia bisa naik sepeda, dan itu satu kegembiraan, itu hidup dengan Iman.

Hidup itu satu kegembiraan. Lihat murid2 Y/ yang tadinya pengecut, ketika Y/ ditangkap mereka lari seluruhnya, namun ketika mereka melihat Y/ datang kembali, wouw luar biasa how great Thou Art”.


Dari sekian banyak orang itu bayang kan saja! Pekabarannya sampai sekarang mendunia, sayangnya hal itu di handle juga oleh agama kristen, yang mendunianya agama kristen-nya, tapi yang terpenting bukanlah soal apakah itu agama atau bukan agama, bagi orang yang sudah LB/ agama tidak menjadi masalah buat mereka, doktrin2 duniawi tidak menjadi masalah bagi mereka, teologia2 yang ada dalam agama kristen bukan masalah bagi mereka, karena mereka bukan mau hidup menurut teologia, mereka mau hidup menurut K/, bagaimana kita katakan selalu hidup dengan K/, lalu anda harus lihat riil Nya. Anda harus lihat kenyataannya bagaimana K/ itu baru kita berkata “aku mau hidup menurut K/ karena menurut K/ sekali lagi bukan menurut pendeta, menurut K/ anda melihat K/nya dan anda hidup menurut K/. Sama seperti seorang anak mencontoh bapaknya, dia ngak dengar dari gurunya bagaimana bapaknya itu, dia ngak dengar dari pembantu, bagaimana bapaknya itu, tapi dia melihat bagaimana bapaknya bekerja keras bangun pagi anak2 masih tidur pulang malam anak2 sudah tidur lagi, dia melihat bapaknya mengasihi mereka, dia mengajak anak2nya makan, dia melihat semuanya itu, sampai ketika dia dewasa, dia bertindak menurut apa yang dia lihat, bagaimana menjadi seorang bapa, itu manifestasi, itu perbuatan daripada Iman, jadi sekali lagi Iman tanpa perbuatan mati, kita bisa berbuat melayani kemana2 kita mungkin bisa bersaksi kemana2, tapi kalau kita tidak pernah melihat kejadian, kita bukan saksi, bahkan kita bisa dikatakan saksi dusta, kenapa bisa dikatakan saksi dusta, karena kita tidak melihat yang kita katakan itu.